● 1 Desember 2022 ● Dibuat oleh Admin Kominfo
Gresik, 01 Desember 2022 - Sampai saat ini perkara sampah tidak luput dari mata Pemerintah Daerah Kabupaten Gresik. Hal inilah yang menjadi latar belakang inovasi berupa Eco Enzyme dari sampah organik yang sering dilakukan setahun belakangan ini. Eco Enzyme sendiri adalah cairan serba guna hasil fermentasi dari sampah organik sisa buah dan sayur.
Mendukung hal tersebut, Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah bersama Ketua TP PKK Gresik Nurul Haromain Ali Fandi Akhmad Yani turut serta dalam memproduksi massal Eco Enzym di Gedung Pramuka, Kamis (1/12).
Kegiatan itu juga diikuti oleh 18 kecamatan se Kabupaten Gresik. Ditambah partisipasi dari Pramuka Kwartir Cabang Gresik dan Relawan Eco Enzym Indonesia (REEI) Gresik.
Wabup yang juga Ketua Kwarcab Pramuka Gresik itu mengatakan, program CSR dari PT. Smelting ini merupakan sebuah langkah yang cemerlang. Menurutnya, upaya melestarikan lingkungan penting dilakukan untuk menanggulangi kerusakan maupun bencana yang berpotensi terjadi.
"Ini sangat luar biasa, karena kita bisa mengurangi sampah. Karena sampah ini sudah menjadi fokus utama tidak hanya di Gresik tapi juga dunia. Maka apabila ada inovasi Eco Enzyme seperti ini ayo kita saling bersinergi dalam mensukseskannya." kata wabup.
Kakak Aminatun juga menjabarkan, produksi Eco Enzyme dapat menjadi media Pramuka dalam mengembangkan diri di sektor kebersihan lingkungan.
"Produksi Eco Enzyme yang dilakukan di Gedung Pramuka ini, akan diawasi prosesnya oleh anggota Pramuka sendiri. Ini juga merupakan sebuah kesempatan dalam membentuk Pramuka yang produktif menjaga kebersihan lingkungan." ucapnya.
Ketua TP PKK Gresik Ning Nurul juga mengatakan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gresik saat ini sudah penuh. Maka diperlukan kesadaran sebagai masyarakat Gresik dalam pentingnya pengendalian sampah.
"Kita juga harus mensosialisasikan pengolahan sampah kepada masyarakat dengn metode 3R. Reduce (mengurangi), Re-Use (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang)." katanya.
Untuk itu, Ning Nurul mengatakan PKK di tahun 2023 akan fokus dalam pengembangan inovasi yang dapat berguna bagi masyarakat. Dengan salah satunya adalah Eco Enzyme.
Dalam produksi Eco Enzyme ada 3 bahan utama yang perlu disiapkan. Pertama air bersih yang berasal dari hujan, sumur, atau endapan PDAM. Kedua, gula merah atau molases. Dan yang ketiga, sisa buah dan sayuran. Ketiga bahan tersebut akan dicampur dan difermentasi selama 90 hari sebelum dapat digunakan.
Menurut Ketua REEI Gresik Tatik Erawati Umaya, kegiatan produksi massal ini sebagai upaya tanggap bencana. Sehingga dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan sampah pada lingkungan sekitar. Ini juga merupakan upaya menyiapkan stok cairan serbaguna di Gresik.
"Eco Enzyme dapat digunakan sebagai desinfektan alami, hand sanitizer, starter kompos, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, bahkan saat wabah PMK kemarin, Eco Enzyme dapat digunakan sebagai obat dengan cara disemprotkan langsung ke luka." tuturnya.
Sebagai informasi, REEI merupakan kelompok relawan binaan dari PT. Smelting Gresik. Kelompok ini telah berdiri sejak setahun yang lalu. Sampai saat ini REEI telah mendirikan bank Eco Enzym di 7 titik Kabupaten Gresik.
Masing-masing ada di Desa Dahanrejo dan Perum Bukit Randuagung di Kecamatan Kebomas, Jl. Tanjung Wira 3 No. 5 Gresik Kota Baru, Kelurahan Sidokumpul dan Tologopojok Kecamatan Gresik, Perum Villa Peganden Kecamatan Manyar, dan Perum Banjarsari Asri Kecamatan Cerme.
Agenda kali ini juga diikuti oleh Kepala Dinas Pertanian Eko Anindito Putro, Asisten I Suyono, perwakilan dari DPRD Gresik, perwakilan KOMINFO Gresik, Forkopimcam Kebomas, perwakilan PT. Smelting Sapto Hadi Prayetno, dan 250 anggota REEI Gresik. (tlh/edited by Diskominfo Kab. Gresik)