● 7 Oktober 2021 ● Dibuat oleh Admin Kominfo
Setelah di launching oleh Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani beberapa saat yang lalu. Kini beberapa pelaku usaha yang ada di wilayah sentra tanaman hias Gresik akan memulai langkah besar dengan mempersiapkan memasuki dunia ekspor.
Untuk persiapan kearah sana, Asosiasi Tanaman Hias Gresik pada Rabu, (6/10/2021) kemarin mengundang Dinas Pertanian Kabupaten Gresik, Diskoperindag, DPMPTSP dan Bea Cukai Gresik untuk berdiskusi.
Rupanya Animo para petani tanaman hias dari desa Karangandong Kec Driyorejo, desa Banyuurip, Manunggal Kec Kedamean, desa Sooko, Kesamben Kulon dan Pedagangan Kec Wringin Anom Kab Gresik, yang sudah kebelet ekspor ini sangat tinggi.
Dalam diskusi ini, para petani tampak sangat respek dengan tema diskusi peningkatan kualitas produksi tanaman hias. Para petani juga diajari dalam praktek eksportir yang disampaikan oleh para nara sumber.
Glen Hayat Ketua Asosiasi Tanaman Hias Gresik mengaku, meskipun telah lama para petani tersebut dianggap sebagai petani dan pedagang tanaman hias jenis aglonema, lidah mertua, bonsai, anggrek dan gelombang cinta. Namun untuk memenuhi kebutuhan tanaman dengan kualitas ekspor, mereka perlu diberi sentuhan khusus.
“Kita harus bisa bersaing dengan produsen tanaman hias yang lain dari beberapa negara tropis yang lain” katanya saat membuka diskusi tersebut.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Bupati, Kadis Pertanian, Kadiskoperindag dan Bea Cukai Gresik yang sudah memberikan arahan dan sosialisasi ekspor sehingga membangun mindset UMKM berwawasan ekspor mandiri, meskipun selama ini juga praktek ekspor melalui pihak ketiga.
Glen Hayat berharap kepada bea cukai,dinas pertanian,assosiasi maupun para pihak terkait lainnya untuk bisa selalu aktif memfasilitasi dan mengasistensi setiap tahapan proses dalam kegiatan ekspor baik secara perseorangan maupun badan usaha untuk meningkatkan kesejahtreraan para petani & pedagang tanaman hias di daerah Karangandong dan sekitarnya
Beberapa materi disampaikan oleh Tim Klinik Ekspor Bea Cukai Gresik tentang asistensi praktek masuk OSS sampai terbit NIB Ekspor.
“Modul Ekspor, pelatihan pengisian modul ekspor, cara mencari buyer luar negeri, cara membuat packing list, invoice, pemberitahuan ekspor barang sampai terbit NPE sehingga bisa ekspor mandiri” katanya.
Disamping itu, asistensi komunikasi dengan Karantina Pertanian penerbit ijin ekspor dan lain-lain, sehingga para UMKM diharapkan fokus untuk membuat tanaman hias yang berkualitas. Proses ekspornya akan dibantu oleh sinergitas Bea Cukai, Diskoperindag dan Dinas Pertanian Gresik.
Pemateri yang bernama Eko Rudi ini berharap agar pedagang tanaman hias di Desa Karangandong berani ekspor mandiri melalui ekspor yang tercatat dalam PEB. Tidak hanya melalui barang titipan yang tidak dapat membuktikan bahwa tanaman hias yang dimiliki UMKM memiliki branding ekspor, hal tersebut sangat penting mengingat branding termasuk salah satu strategi dalam ekspansi pasar,
Sementara pemateri lain, Agus Prasetyo selaku fungsional pemeriksa menambahkan proses kepengurusan NIB ekspor untuk pengajuan modul PEB dapat dilakukan oleh setiap pelaku usaha baik perseorangan maupun badan usaha yang terpenting adalah para pelaku usaha bisa mengklasifikasikan legalitas usaha perseorangannnya ataupun badan usahanya serta skala usahanya apakah termasuk mikro,kecil dan / menengah sebelum masuk ke sistem OSS online.
Santy dari Komunitas Gading Emas Gresik yang sudah biasa memberikan pendampingan UMKM agar berani ekspor mandiri. Dia mengungkapkan potensi besar para pelaku UMKM tanaman hias ini lebih didomimasi oleh para pemuda yang memilki jiwa kritis dan adaptif ini sangat cocok dalam mengembangkan dan belajar dalam pengenalan kegiatan ekspor ke depan. (Humas/edited by Diskominfo Kab. Gresik)